Kisses Kitten.

Kisses Kitten.
from google

Labels

Wednesday, June 12, 2013

Semble-t-il.

Ibuku baru tiba dari Hongkong, ia terlihat bugar dan lantas menanyakan alamat kami tinggal. aku minta untuk bertemu di kafe saja, ia menolak karena ia ingin tahu keadaanku.aku iyakan.

aku merapikan ruangan setidaknya aku ingin terlihat kami memang aman-aman saja seperti pasangan lainnya, aku memberitahu Baska bahwa hari ini calon mertuanya itu datang ia ingin bolos kerja saja, aku larang.

aku menyiapkan makan siang, cukup lezat dan layak karena aku mengambil dari jatah belanja yang Baska berikan awal bulan lalu. setidaknya menunjukan anaknya dinafkahi.
tepat jam makan siang aku turun ke parkiran, menjemput ibu ternyata Pras yang mengantar, Ibu mengenakan setelan anggunnya tidak terlalu mewah, tidak pula terlalu biasa.
"lantai berapa?"ibuku seperti ragu bahwa aku tinggal di tempat yang layak.
"lantai 10 bu, relax, this building was build a year ago" aku menjawab.

sampailah kami di dalam flatku ia sejenak terlihat tenang dan kemudian bimbang.
"ibu haus" ia membuat gerakan menunjuk lehernya, sudah jadi kebiasaan.
"air putih, limun, liq?"
"adakah teh dingin?"
"Oh!"
aku gugup mungkin saja persediaan tehku habis, tak biasanya ia meminta teh dingin untung saja masih sisa satu bungkus.aku segera menyediakannya.
"flat ini bagus, kalau mau ibu bisa kirim ahli untuk mengecat ulang" ibu menyeruput tehnya. tampak mnikmati
"ngga usah Baska sukanya warna ini bu, memang warna coklat keabuan" aku memilin ujung rambutku.
"ya sudah, mana dia?"
"dia kerja, tapi dia undang ibu buat makan malam di luar, Kalau ibu..."
"tentu, ibu mau!" dia terlihat senang sekali, aku sedikit lega.
"kita makan makanan padang ya, ibu bosan makanan luar"
"njeh"
ia memeriksa ruang tidur kami, ia tersenyum saja melihat kamar kami masih seperti kamar remaja dengan furnitur yang tak bedanya dengan anak SMA.
"itu bathtube kamar mandi kamu ?" ibu sedikit terkejut ketika memasuki ruang kerja Baska.
"iya, aku bongkar aku pindahkan kesini, tak keberatan kan bu?"
"ya ibu tidak sih, tapi bapakmu yang kaya itu mungkin tambah sewot hahaha" ia tertawa melecehkan suaminya.
lalu aku mengajaknya ke meja makan kami, mengajaknya bersantap siang.
"kamu masak atau beli?"
"ya masak bu, musti hemat" aku menyiapkan piring dan menuangkan nasi untuknya, dua sendok besar.
"ah sepertinya enak"
"cicipi bu"
"ibu cicip ya"
ia menyantap. aku demikian dan kami menikmati makanan. ia tidak senang ketika bersantap ada suara yang keluar dari mulut. jadi aku hanya diam.

Selesai makan aku merapikan meja makan.
"perkedel jagungmu tidak enak, bisa Baska makan seperti itu" Ini dia yang aku tunggu-tunggu komentar pedasnya!
"Oh ya bu, kurang garamkah?"
"tidak tidak"ia menggeleng.
"masih ada jagung? aku ajari kamu bagaimana menyenangkan suami"
aku hanya mengangguk.

ibu mengajariku langkah-langkah membuat perkedel jagung yang enak aku beritahu ya dia memang pintar sekali memasak, susah sekali menyamakan tangannya. tapi aku sedikit khawatir apakah selama ini Baska memang tidak jujur karena perkedel jagung buatanku tidak enak?
sampai akhirnya menyatakan adonan perkedelku sempurna ia memberi aku semacam sertifikat, tulisan tangannya sendiri di atas tissu

"Congratulation Lulus Bikin Perkedel Jagung
                                            Ibuk!"
tapi sebanyak ini perkedel jagung harus aku apakan?
"dengan perkedel jagung ini aku harap kamu bisa mengalahkan Endang, Divary!" ujarnya dengan penekanan atas nama suaminya itu.
"aku mencintai Endang, tapi kedudukan mengaburkan cintaku, aku memang istri mudanya Divary, dan dia tidak begitu sayang padamu, jika kau mau menyadarkannya buatlah ia sadar dengan ini" ia menunjuk tumpukan perkedel jagung kami.
"bukan balas dendam, tapi berilah ia pelajaran, aku malu dengan masyarakat ia begitu onar!"
aku masih bingung untunglah Baska datang.
"Nyonya!" sapanya keterlaluan.
"Hai Baskara"
aku sedikit tegang.
"Nyonya banyak sekali perkedelnya!" keterlaluan yang kedua, ia pintar mengambil hati rupanya.
"kamu bisa makan masakan Divary?"
"tentu" seraya mengunyah perkedel buatanku, ia terdiam sesaat mengunyah pelan dan mengambil satu potong perkedel lagi.
"lu yang bikin nih?" wajahnya begitu serius.aku hanya mengangguk senang.
"enak gila!" ia tertawa dan ibu hanya mengeleng pelan.
"kamu mandi ya, katanya mau ajak saya makan diluar? di rumah makan padang ya, makan saya nanti banyak nih, masakan Divary tidak membuat saya semangat hari ini" aku tahu memang masakanku tidak sesempurna Chef yang biasa ia pesan makanannya, tetapi menjatuhkanku di depan kekasihku sendiri mau apa dia ini?!

"Ahaha siap" Baska hanya tertawa salah tingkah.
"ibu mau bicara sama kamu, Divary"wajahnya serius kami duduk di ruang tamu selagi Baska mandi.
"kamu..." ibu mengawali pembicaraan wajahnya terlihat tegang. seperti menahan sesuatu.
"kamu,bagaimana ya mengatakannya" ibu memalingkan wajahnya.
"apa bu? ora bikin aku penasaran" aku gugup bukan main.
"yah sebentar ini serius sekali"
"iya aku dengar" aku berharap ia tidak bertanya yang macam-macam saja.
"pertama ibu nanya ini ya..." masih saja ia gugup.
"kamu beneran suka Baska?"
cukup mengejutkan dan aku diam sesaat.
"iya" hanya itu yang bisa aku jawab
"kenapa nak?" Nyonya besar seperti enggan mendengar alasan sesungguhnya
"ya suka seperti aku suka bathtube itu, aku butuh dia, dia juga butuh aku, ada romansa disitu ada spritual, ada emosional aku juga tidak mengerti"
kami diam sesaat, ia menunduk, aku merasa bersalah.
"yah ibu tahu mungkin kami terlalu keras mendidik, atau memang salah ibu juga"
aku menjerit dalam hati aku tidak ingin mendengar ini
"bukan, memang dari sananya, mungkin ada kesalahan internal, sirkuit yang rusak atau radiasi semacamnya saja, bukan salah kalian" aku mencoba menghiburnya, jawabanku jujur, aku tidak pernah merasa ada yang salah dari mereka.
"tapi aku memang butuh dia" rasanya emosional sekali.

kami diam cukup lama, aku mengambil teh dingin lagi untuknya agar semuanya tidak terlalu emosional.
"ada lagi " ia seperti siap menanyakan sesuatu, seperti yang ia pendam dari kemarin
"kamu,, masih perawan?"

mengejutkan!
aku rasanya ingin tertawa tentu saja, istilah yang terlalu feminin, aku mencoba tenang.
"kami hanya berciuman saja, french style, spiderman style tidak lebih, sudah kesepakatan kami tidak seperti yang lain"aku menjelaskan mantap
"spiderman?"ia menggeleng lesu.
"jelaskan nak"
"yaa... no penetration that's our MOU"
 ia seperti cukup lega, walaupun aku tahu ia tidak setuju dan tidak benar-benar menerima Baska. untunglah ia selesai mandi
"Nyonya, " ia menyapa terlalu di buat-buat
"aku dengar yang terakhir, jadi Nyonya, anak anda aman di saya, saya cuma usil sedikit saja, okelah saya jujur wajah saya terlalu mesum sebenarnya tapi tidak demikian kok" ia menjelaskan lebih mantap.

ibuku menatap kami berdua
"Semble-t-il"

No comments: