Ciuman
pertamaku aku dapati dengan rasa canggung. Ketika itu aku berada di
perpustakaan kecil rumah pacarku disana ada banyak buku. Aku membaca satu buku
menarik dengan ilustrasi sepasang kekasih melakukan deep kiss.
“Lihat
dong!” aku menunjukan ilustrasi itu kepada pacarku ia sedang tidur ayam di
kasur Palembang, dekat dengan diriku.
“kenape?
Hidih!” ia sendiri kaget, aku tertawa.
“kok lo
kaget gitu” aku heran.
“ya gue
belum baca buku itu, coba sini gue baca”
Aku
melempar buku itu.
“kok
dilempar?” dia heran akupun heran, aku memejamkan mata tak lupa memajukan bibir
mungilku. Mmmmm….
“goblog
nanti lo nagih kalo gue cipok sekarang.” Dia tertawa lalu tidur lagi.
Malam itu
aku menginap di rumahnya dan aku masih kepikiran ilustrasi buku yang kubaca
siang hari itu, aku melamun saja di kamarnya.
“lo kenapa
?” aku bahkan tidak menjawab.
“haish” ia
mendengus. Aku ditinggalkan di kamarnya sendirian. karena lelah melamun aku
tertidur.
Tengah
malamnya aku mendapati pacarku itu memelukku eh ya amboi ada kedamaian disana,
darahku memanas. Aku terbangun.
“sori,
kebangun ya?” ia mencium keningku. Cup!
Kami
ngobrol lama sekali, padahal sudah tengah malam, kami ngobrol hal-hal yang
lucu-lucu. Kemudian iya memandangku, suasana begitu syahdu sampai-sampai
aku menahan nafas.
Aku merasa kok dengusan nafasnya berat ya ? ternyata
ujung bibirnya sudah dekat di bibirku.
Kami berciuman lama sekali, itu ciuman kami semenjak kami
berpacaran. Aku menyambut bibirnya lembut dan dia mengigit bibir atasku lumayan
keras. Aku menyukainya.
Ia mendorongku saat aku menikmatinya, laksana kuah ramen
nikmatnya.
“cukup, lo
ketagihan tuh!” ia tertawa usil.
Tapi
jantung kami sama-sama berdebar. Deg deg deg.
Bisa kamu
bayangkan pagi harinya kami berciuman lagi lama pula durasinya sekitar 10
menit, kami menempelkan bibir kami, mengatup-ngatupkannya dan menahan nafas.
Cukup.
Keesokan
harinya Ia mulai usil. Ketika kami berciuman ia berusaha memasukan lidahnya ke
mulutku, aku kaget, tapi lidahnya mengajari lidahku pelan-pelan, dan itulah
yang paling lama.
Satu hari
di parkiran sekolah ia menarikku, mendorongku ke dinding dan menciumku lagi.
Begitu tiba-tiba tapi juga panas. Aku lemas sesudahnya tapi ia selalu membalas
dengan senyum usilnya tapi matanya begitu teduh tanda ia saying padaku ?
kuharap begitu.
Selanjutnya
setiap kami belajar bersama ia mengajariku ciuman-ciuman yang enak, aku
mengikutinya saja karena itu keahlian kami bertambah beberapa poin.
Kami
memasukan hobby kami yang harus kami asah, berciuman. Setiap minggu pasti kami
berciuman, enak, gurih, juga mengesankan. Tapi aku kalah jauh darinya ketika
pagi hari saat aku menginap lagi di rumahnya ia menindihku memberiku
kecupan-kecupan dalam di leherku, pembuluh darahku pecah meninggalkan
tanda-tanda merah. Aku tak mau kalah. Sesudahnya kami lemas.
Hei kami
tidak sejauh itu kok, kami hanya berciuman saja pagi hari itu. Juga hari-hari
berikutnya.
Jangan
macam-macam!
No comments:
Post a Comment