You are so
fake, even China denied they made you.
Gue meretweet kutipan ini di twitter
gue, cukup menyentil dan lucu untuk gue pribadi. apa iya ya ada yang
bela-belain jadi palsu ?
Ketika gue
merenung tentang kehidupan gue di kamar istana gue yang sederhana sembari
telanjang, merokok dan duduk ala-ala Audrey Toutou gue tersenyum berat dan berpikir.
“Tolol, kenapa gue bilang gue
pingin jadi desainer baju ketika gue semester satu ?”
Kenapa gue ga pendam aja
terus jadi berak keras. ( ?)
Semester
Satu :
Gue lupa
mata kuliah apa ketika seorang dosen menanyakan “What will you do next ?”
dan
gueeeee…. Gueeeeeeeee…. Gueeeeee yang dari cangkang kerang perak ini
mengidamkan kehidupan suasana kelas yang aktif dan menggairahkan seperti
suasana kelas di film-film amerika yang gue tonton … gueeeeeee… gueeeee… pun
mengacungkan tangan gue karena GAK ADA SATU PUN YANG BERANI JAWAB .
“Umm, I will be a fashion
designer, yeah a designer”
Ups, yang
gue dapat tentu bukan respon yang baik dari mahasiswa dengan pendapat dan pola
pikir modern kala itu melainkan yah respon yang
bukan menerima perbedaan bahkan dosen itu menertawakan dengan berpantomim
ala model, hehe.
Sebenarnya
gue memang ingin kelas saat itu jadi aktif, diskusi yang menarik seperti di
film-film kehidupan mahasiswa Amerika yang gue tonton tapi mungkin gue alamak salah alamat, tapi niat gue baik
bukan ? setidaknya gue satu poin berani di depan.
Yang
kemudian gue sesali terkadang…
Berita gue pingin jadi
desainer tersebar ke kelas A (gue di kelas B) memang dasarnya sangklek sih haha
yah pasti isu-isu ga benar mengenai desainer (gay, fairy etc) berkembang. Gue
awalnya khawatir namun akhirnya tenang juga.
Kadang gue berpikir
apakah hal-hal yang berkembang di lingkungan gue (gosip, praduga, bully)
membuat gue selalu menjaga jarak dari teman-teman gue, bahkan teman-teman
laki-laki gue (kebanyakan mahasiswi) membuat gue memilih menjadi the outsiders,
gue terlalu cemen buat menjadi diri sendiri.
Gue seringkali
berpura-pura (terutama di kelas gue, lingkungan gue saat ini) untuk menjadi
Angga yang lain, yang terlalu datar, jaimah.
Semua orang seperti itu bukan ? mungkin gue sotoy tapi ketika gue
melihat seseorang membawa cake ulang tahun dan turut bergembira kepada temannya
yang ulang tahun itu ya puji tuhaaaaaaan you are so fake darling, even i can
cut your fake smile in a seconds. But
you got friends.
Bisa dibilang mungkin pribadi
gue yang sangklek, ga ada manis-manisnya jadi gue selalu bisa bernafas lebih
tenang dan membaca situasi ( ?) jadi gue selalu menemukan hal-hal ganjil
di setiap senyuman dan keramahan orang-orang disekitar gue yang membuat gue
selalu berpikir dalam mode : siaga.
Mungkin
saat ini lingkungan gue adalah cara Tuhan menguji gue, I have no friends dari angkatan yang
terlalu dekat, I have no power like’em so they can play a doll with. Once I try
to be nice I got the worst.
Kenapa gue nulis ini? Ga
tau juga, Cuma kepikiran gimana kalo gue pura-pura juga cuma demi punya
kehidupan seperti orang pada umumnya, kenapa gue ga bisa berhubungan dengan
orang lain smoothly kaya gue ketemu Regi di acara satu jam bersama Oka Dypytra
dimana kami memenangkan kontes senyum ngiiiiiiiiiiiiiiik i mean everything was
going so smooth.
Can I fake my life like those girls screamed
out when they watch PERSIB kemarin padahal mereka ga ngerti aturannya men,
yaelaaaah how cooooome ?!
Lalu apa
lagi angga penyesalan eluuu ?
I have this
biiiggg size naked man drawing on my wall.
Terus ?!
A GUY NEVER
HAVE THOSE KIND THING UNLESS IT IS SOCCER PLAYER, DUDE!
But you
made it yourself?
Yesssshh,,,
yessssh I just can not stand with it is called jiwa seni by myself dude, I
dunno why ooooh.
Masalahnya
?
Gue menggambar hal yang ga umum untuk ukuran
seorang mahasiswa, yang membuat gap gue dengan penghuni kamar lainnya, kamar
gue umm it is too artsy melewati batas patriarki. Gue selalu menutup kamar gue
tidak seperti penghuni lainnya yang selalu membuka kamar di siang hari,
No comments:
Post a Comment