Kisses Kitten.

Kisses Kitten.
from google

Labels

Wednesday, May 29, 2013

Ketika Aku Makan BibimBap, Dia Telepon

Aku cuma ingat ketika SMA ia pernah meneleponku sekali, waktu itu aku sedang di Moon Ji Bak Kitchen, restoran korea kecil, makan malam sehabis mengambil kelas balet, aku memesan banyak.
Yang kupesan waktu itu adalah Bibimbap, Bulgogi dan Korean Fried Chicken, aku lapar sekali waktu itu jadi aku ingat. 
aku sedang memasak makananku konsep DIY yang menyenangkan karena biasanya Pram menemaniku makan, kecuali hari itu, aku bebas makan apa saja.
aku sedang merebus daging sapi, lalu tepat sebelum aku membuka kaleng bir dingin, handphoneku berdering
Aku : Ya Hallo
Dia : Hallo
Aku : ya? siapa yaa?
daging ku matang.
Dia : Hei ?
Aku : Yaa? mulutku mengunyah.
Dia : Divary?
Aku : Bukan.
Dia : bohong
aku hanya diam saja, kali ini aku menuangkan bir dinginku, 
Dia : ini Divary kan ?
Aku : iya gue.
aku mengunyah daging ku lagi dan sesendok timun asam,
Dia : Klub Lukis masih buka?
Aku : Ooo... Kurang tau, eh tanya Susanti
Dia : aku bisa lukis
Aku : aku juga, senang mendengarnya
kali ini Fried Chicken bersaus sambalku datang, aku mengambilnya dengan tangan, krunchi dan sangat gurih pedas, nikmat
Aku : nanti gue hubungin Susanti, atau lhu bisa kontak Emilia Nur  baydewai nama?
Dia : Emilia Nur IPA 5 ?
Aku : hmm,. nama? biar gue catat dulu ya.
Dia : Tobaska
Aku : Oh gue ga gaul hehe, sori ga kenal. oke gue lagi makan, gue daftarin ke Emil Daaagh

telepon aku tutup.
serius korean fried chicken itu memang enak, aku menghabiskan banyak porsi malam itu, aku memesan satu lagi porsi Fried Chicken itu untuk di bawa ke rumah. aku lapar !

tengah malam ia telepon lagi
Dia : hallo
Aku : ya ?
Dia : kenapa sering nonton gue latihan ?
Aku : wah siapa ya?
aku cuma mengingat sebentar dan aku terdiam.
Dia : Gue ga mau liat lo nontonin lagi oke ? bisa
Aku : Oke deal, malam
Benar setelah itu aku tidak menonton segala macam ekstrakurikuler yang sedang latihan, kupikir dia primadona sekali merasa aku yang menontonnya, padahal aku menonton semua latihan ekstrakurikuler yang ada.
 terlalu bengal mungkin cocok untuk menjadi anggota klub lukis di sekolahku, tapi memang kenyataannya ada anggota baru,
"kemarin saya udah daftar" ia menjawab ketika Susanti menanyakan tetek bengek, tetek yang gede tapi bengek.
"kesiapa ?" dia hanya diam, Susanti hanya menahan nafas, resmilah dia di terima di klub ini. dan jujur aku lupa siapa yang meneleponku malam itu.

waktu itu kami mulai melukis, dia diam saja di pojokan mengawasi senior lain, ternyata dia senior. waktu itu aku sedang melanjutkan lukisan manusia berkelamin pisang. ia menghampiri dan bertanya.
"yang gambar telanjang-telanjang itu lhu yang bikin semua?"
ia bertanya menunjuk-nunjuk lukisan telanjang-telanjang 
"iya bagus?"
"biasa aja, gue bisa bikin yang bagus" seketika ia memang menggambarnya, lalu melukisnya di kanvas, aku hanya memperhatikan, cukup setengahnya jadi dan memang bagus. ia membanggakan diri, Retno dan Susanti hanya mengernyitkan dahi.
"bagus dari Divary maksud gue dia lukis tititnya bagus banget" Retno menyentuh vital dari lukisan itu.
aku hanya tersenyum.
Susanti menghampiri pelukisnya seraya menempelkan ujung jarinya ke dadanya
"Tobaska, Forward kan ? lo sakit ?" 
ketika senyum kemenangannya memudar dengan cepat ketika Susanti menanyakan satu pertanyaan yang membuat mata kami memicing seperti kucing lapar.
dia mengambil lukisan tersebut aku mencegahnya.
"gue beli lukisan ini oke?" aku membuka dompet dan mengeluarkan lima ratus ribuan, ia hanya diam
"atau gratis" aku menyodorkan uang.
dia hanya tertawa, sembari menyerahkan lukisan tersebut.
"ambillah" 
itu kata terakhirnya, selanjutnya ia tidak lagi bergabung dengan klub lukis kami, mungkin ia memang sibuk atau apa, hanya saja seterusnya ia menyiksa.

No comments: