Tergelitik menulis ulasan ini setelah beberapa kali nongkrong di timeline beberapa selebtwit ibukota mengenai selera musik beberapa kalangan masyarakat Indonesia.
beberapa twitnya sangat pedas memang, terkadang twit-twit seperti ini mempengaruhi gue juga untuk nyinyir hehe duh gusti punya akal ga dipakai untuk menyaring yang baik dan yang buruk ya? gue geli sendiri dengan diri gue.
jadi mereka mengolok-ngolok tentang beberapa band populer yang memang menurut gue juga biasa-biasa saja dan seharusnya ada yang lebih baik untuk diperdengarkan ke masyarakat luas.
masyarakat luas : I have boyfriend.
So mari kita telaah mengapa band-band yang kurang disukai ini lebih high demand untuk kalangan tertentu.
Tring-tring-tring...
Gue sering kali bepergian dan bertemu berbagai orang sehingga terkadang memikirkan orang tersebut, ga guna ya? tapi mungkin ini bisa dibilang simpati atau empati. beberapa masyarakat Indonesia terlahir di berbagai kondisi sosial, letak geografis dan lain-lainnya yang mungkin mempengaruhi selera musik mereka.
Gue pernah tinggal di Bali kurun waktu dari tahun 1992 sampai akhir 1999 musik yang pertama gue dengar adalah musik barat terkemas di acara MTV dan saat itu gue masih kecil. Bokap nyokap (duh istilah parenting gue okem amat) gue mendengarkan musik barat juga walaupun memang mainstream seperti Nirvana, Michael Learns to Rock, Westlife dan lain-lainnya karena di Bali memang ada wadah mereka mendengar itu semua selain dari radio, kafe, pertemanan mereka juga mempengaruhi selera musik yang juga menular ke gue.
koreksi jika daku salah, Apakah selera musik gue saat ini terpengaruh dari apa yang gue dengarkan dari kecil ? Jawabannya bisa ya bisa tidak. Gue memang cenderung mendengarkan musik pop barat karena pengaruh lingkungan yang Puji Tuhan mereka mempunyai selera yang baik sehingga terhindar dari cibiran bibir gue sendiri maupun bibir Kim Woo Bin (ga nyambung ya, ya suka-suka gue! buat temen-temen SD gue, buat temen-temen SMP gue...!)
Mengapa beberapa kalangan mendengar band-band yang kurang mahir membuat lagu? tentu karena lingkungan. beberapa teman sebangsa kita mungkin tidak punya saluran televisi berlangganan, sehingga mereka mendapatkan hiburan dari radio, atau televisi lokal yang memang kurang terampil mengemas hiburan sehingga cecapan pertama selera mereka terbentuk demikian seperti yang beberapa orang bilang... selerannya sembrono ya.
Tidak bisa menyalahkan siapapun namun nyinyir juga tidak akan menjadi solusi (sendirinya suka nyinyir :( )
Let us say beberapa kalangan yang seleranya kurang tersebut memperbaiki selera mereka, mereka mulai mendengarkan band-band yang lo denger, berdandan untuk datang ke konser yang lo tunggu-tunggu, membuat set list karaoke mereka dengan lagu selera lo juga... ternyata elo beralih selera, meninggalkan band-band tinggi tersebut bukan ? ngaku kaga? murtad kan lo? atau paling keji mengatai-ngatai mereka yang baru berbenah mempunyai selera di medsos lo yang seabrek-abrek itu? karena gue terkadang begitu...
JADI MAUNYA APA?!
Jawabannya gue juga ga tau, gue juga selalu berhati-hati kalau ingin mengungkapkan selera gue terhadap satu genre musik tertentu, ilmu tentang musik terbatas, bukan malas ingin mengetahui sampai detail tapi ya gue malas kalau tahu banget takut sombong ga ketulungan, lihat potongan jeans yang ga bagus aja gue komat-kamit. gue itu mahasiswa jurusan bahasa Prancis.
Selera musik ataupun selera busana itu hak setiap individu dan tidak bisa terlalu dipaksakan, kalo kata Regi kembali ke individunya apakah dia mau berbenah atau sudah nyaman dengan pilihannya. tapi ada baiknnya memang berbenah walau perih.
Pengaruh lingkungan terhadap apapun juga satu hal yang bisa lo hindari, ketika teteh-teteh di PKM suka banget sama EXO maka ada godaan untuk suka juga karena lagunya earcatching. TAPI GENGSI KAN telat sukannya, KAN ANTI MAINSTREAM.
Yasudah gue juga bingung tutup ini tulisan.
No comments:
Post a Comment