Kisses Kitten.

Kisses Kitten.
from google

Labels

Wednesday, May 27, 2015

Mengapa Korea Selatan? Mengenal Chanel Seoul Cruise 2015-2016

Kemarin daku iseng melihat video dokumentasi tentang perhelatan koleksi cruise dari Chanel yang mengambil tema Korean Pop!

Pop!

Jadi gue ingin menulis kesan gue terhadap koleksi ini, Ulasan pertama gue mengenai satu koleksi fashion ini jauh dari sempurna. -Gue kurang suka kata serapan fashion menjadi fesyen karena selalu terbayang wajah dengan bibir sembrono nyimeng melipir ke samping-

Korean wave menggoda para desainer untuk ikut dalam gempitanya, sebelumnya Armani berhasil mengungkapkan penilaiannya terhadap budaya Korea dengan mengubah hanbok menjadi gaun yang amat berkelas, mewah, dengan potongan Italiana yang tak bisa diragukan lagi! Chez Chanel menunjukan hal yang sama untuk menanggapi gempita Korean wave yang gue hitung terjadi sepuluh tahun terakhir.

Koleksi Cruise Chanel ini harus dilihat berkali-kali untuk menemukan apa yang mewakili Korea dari koleksi 2015/2016 ini. Jika sering menonton drama Korea yang bertemakan traditional, selain hanbok ada beberapa look yang menggambarkan Korean Scholar, sepatu, dan motif hang gul berukuran kecil! Hal mudah yang dapat terlihat yakni faux braided bunsnya karena memang menonjol ya. tapi mengapa harus Korea Selatan ?

Bisnis! Korea Selatan seperti yang dikutip dari Business of Fashion : Decoding Chanel's South Korean Spectacle membuka hubungan bisnis pada tahun 1992 dan Chanel merupakan merk paling terjual sebagai hadiah pernikahan di Korea Selatan. Gempita budaya pop Korea yang tidak hanya melanda Asia saja melainkan dunia (Gue baru lihat bule nangis-nangis ketika nonton SNSD :>) tentu sampai juga ke Karl Lagerfeld, semasa muda dia selalu terdepan dalam menggunakan teknologi jadi bukan hal yang sulit untuk mengenal apa yang sedang tren saat ini dan itu juga kewajiban seorang desainer untuk tahu segala hal yang sedang berkembang ya kan ?

Mengutip ucapan dari Chanel's President of Fashion Tuan Bruno Pavlovsky (bisa lo baca di sini : Decoding Chanel : BOF ) Karl memilih Korea Selatan sebagai inspirasi, perkembangan dunia hiburan Korea Selatan memang menginspirasi banyak hal karena gue sendiri menyetujui bahwa mereka mengemas karyannya dengan sentuhan modern, berkelas namun ada beberapa hal tradisional yang sangat mudah dikenali dari setiap suguhan dunia hiburannya. Hal paling utama tentu saja silaturahmi bisnis.

Karl Lagerfeld sendiri mengungkapkan bahwa ia sangat menyenangi kualitas bahan buatan Korea Selatan ini ( bisa dilihat di Youtube : A day with Irene in Seoul) nyatanya memang beberapa look menggunakan bahan tradisional dari Korea.

Yang membuat gue berpikir adalah Korea Selatan dalam menggerakan ombak pengaruhnya di dunia berawal dari perjuangan yang lama, mereka sempat menutup diri dari pengaruh luar, ( baru menggunakan handphone akhir 2002 kalau tidak salah, sedangkan Indonesia sudah menggunakan Handphone Ericson dan yang paling gue ingat hape bokap adalah Nokia Pisang! berlekuk seperti pisang namun berwarna coklat batu akik gitu)
pengaruh Konfisius yang kuat, intinya mereka mungkin sama sekali tidak meniatkan untuk menancapkan pengaruhnya. untuk masalah boyband yang booom tiba-tiba 6 tahun terakhir berkembang pesat (Kamsa hamnida Youtube!) bukan satu hal yang tiba-tiba, jika sering menonton Running Man terkadang diperlihatkan beberapa video salah satu boyband yang terkenal masih dalam tahap berkembang, masih cupu dan beberapa video lawas bahwa hiburan dengan konsep boyband memang sudah sangat lama mereka garap.

Keseriusan pihak hiburan Korea Selatan tertata dengan sistem yang keras (beberapa video dari Youtube mengatakan sistem kontrak mereka yang ketat) dan kontribusi pemerintah yang juga serius menanggapi dengan dibukanya beasiswa untuk negara berkembang yang fokus untuk mempelajari kebudayaan Korea Selatan semuanya memang tertata demikian bagusnya sih menurut gue walaupun ada beberapa hal yang kurang bijak ya.

Bagaimana dengan Fashion Korea Selatan sendiri? Berbeda dengan Jepang yang terkenal lebih dahulu dengan Kawaii Bizarre, Fashion Korea lebih cenderung lebih aman sedikit, mereka cenderung menggunakan bahan wool, potongan yang rapi dan tidak terlalu bizarre seperti Jepang. Pendapat gue jika Jepang mempunyai tali kasih gaib dengan kultur lawas Prancis dan Inggris (populernya gaya era Edwardian dan Victorian serta mademoiselle look). Korea Selatan condong mengikuti gaya a la Amerika Utara (4 kiblat utama fashion tentu turut serta) dari majalah Vogue Korea yang gue punya desainer Korea Selatan sedang senang-senangnya membuat koleksi dengan digital print (ga jauh berbeda dari Indonesia ya? merci Riccardo Tisci) dan potongan yang edgy namun masih tahap wajar atau bahasa gue masih memetakan ciri khas potongan mereka. Gue pribadi menyukai menswear mereka yang apik sekali, mungkin karena postur cowo-cowo Korea memang menunjang mereka memakai baju apa saja, postur tubuh clean muscle a la model memang seperti sudah cetakan prima begitu (hasil menonton ini itu terkait Korea Selatan.)

Untuk tren streetwear mereka satu langkah lebih berani dalam padu padan jenis bahan. tapi seperti yang gue bilang postur badan memang mendukung. koreksi jika daku salah, budaya Indonesia cenderung menuntut "yang wajar-wajar saja nak" dalam membesarkan anak, jadi jika melihat ada yang hebring sedikit memang gue akui sih agak kelilipan begitu melihatnya.

Nah koleksi Chanel Cruise 2015-2016 ini menggunakan warna yang outstenjing pink vibran, orange, ungu, hijau, warna-warna yang memang sudah dikenal penduduk Korea dari warna pakaian tradisionalnya (long sleeve penari dengan hanbok ituloh mbak, mas) palet warna yang kebetulan memang Karl sukai dan tentu cocok untuk konsumen Asia Timur, Karl sendiri sudah memikirkannya satu tahun sebelumnya.
Gue menyukai look Korean Scholarnya dan beberapa look yang kontemporer ahay dan satu look yang menggunakan huruf hangul full membuat gue teringat akan jaket-jaket asal Korea di Cimol, "Korea bangeeet" namun dalam konteks yang baik.


---


Bagaimana dengan Indonesia? perkembangan fashion di Indonesia yang pesat semenjak desainer-desainer muda memutuskan untuk mengelola labelnya sendiri juga sangat menarik, namun baru sebagian kalangan saja yang menikmati dan menghargai karya dari desainer tersebut, harganya cenderung mahal (untuk label yang memang menggunakan bahan asli Indonesia dan memerlukan pengrajin khusus memang mahal, tapi untuk kaos sablonan eeeee manuk eee ciccak rowo tuh terkadang membuat "Bulan jatuh ke semak-semak") look yang populer di Bandung saat ini adalah look streetwear yang gelap, kelam, namun melankolis beberapa juga memilih untuk geek look, grunge sementara Jakarta lebih bervariatif namun cenderung clean, neat dan simpel semua bisa tertebak dari gaya foto di Instagram loh! bagaimana caranya? ya sering kepo ajalaaa..
timpangnya jumlah desainer pakaian dadakan dengan pengrajin atau pembuat pola yang apik menjadi hal yang... baru disadari bukan?

Bandung sudah terkenal sebagai pusat mode nusantara sedari dulu, ketika zaman gue SMA gue juga pesan kaos angkatan ke Bandung (gue SMA di BandarLampung) karena memang kualitasnya, ekonomi masyarakat juga belum sebaik negara-negara lain jadi masih banyak pe-er untuk dunia mode Indonesia.
Tapi desainer-desainer utama Indonesia lebih berkarakter menurut gue walaupun juga maish dalam tahap pemetaan hehe. yasudah jika ada komentar, kritik dan saran bisa berikan komentar ya.



Daag.

No comments: